PENGUJIAN
KEAUSAN
Keausan
umumnya didefinisikan sebagai kehilangan material secara progresif atau
pemindahan sejumlah material dari suatu permukaan sebagai suatu hasil
pergerakan relatif antara permukaan tersebut dan permukaan lainnya. Keausan
telah menjadi perhatian praktisi sejak lama, tetapi hingga beberapa saat
lamanya masih belum mendapatkan penjelasan ilmiah yang besar sebagaimana halnya
pada mekanisme kerusakan akibat pembebanan tarik, impak, puntir ataupun fatik.
Hal ini disebabkan masih lebih mudah untuk mengganti komponen atau part suatu
sistem dibandingkan melakukan disain komponen dengan ketahanan atau umur pakai
(life) yang lama. Saat ini, prinsip
penggantian dengan mudah seperti itu tidak dapat diberlakukan lebih lanjut
karena pertimbangan biaya (cost).
Pembahasan mekanisme
keausan pada material berhubungan erat dengan gesekan (friction) dan pelumasan (lubrication).
Telaah mengenai ketiga subyek ini dikenal dengan nama ilmu Tribologi. Keausan bukan merupakan sifat dasar material, melainkan
respon material terhadap sistem luar (kontak permukaan). Material apapun dapat
mengalami keausan disebabkan mekanisme yang beragam
Akibat
dari keausan pada suatu produk :
ü Rendahnya operating
efficiency
ü Meningkatnya power losses
ü Meningkatnya oil consumption
ü Meningkatnya component replacement rates
I.
Dasar Teori
Pengujian
keausan dapat dilakukan dengan berbagai macam metode dan teknik, yang semuanya
bertujuan untuk mensimulasikan kondisi keausan aktual. Salah satunya adalah
dengan metode Ogoshi dimana benda uji memperoleh beban gesek dari cincin yang
berputar (Revolving disc). Pembebanan
gesek ini akan menghasilkan kontak antar permukaan yang berulang-ulang yang
pada akhirnya akan mengambil sebagian material pada permukaan benda uji.
Besarnya jejak permukaan dari material tergesek itulah yang dijadikan dasar penentuan
tingkat keausan pada material. Semakin besar dan dalam jejak keausan maka
semakin tinggi volume material yang terlepas dari benda uji.
Skema pengujian keausan dengan metode Ogoshi ialah sebagai berikut :
Gambar 1 Pengujian keausan dengan metode Ogoshi
B: tebal revolving disc (mm)
r: jari-jari disc (mm)
b: lebar celah material yang terabrasi (mm)
Dari sini kita bisa mendapatkan besar volume
material yang terabrasi (W) yang diberikan oleh:
Laju keausan (V) dapat
ditentukan sebagai perbandingan volume terabrasi (W) dengan jarak luncur x
(setting pada mesin uji):
Material jenis
apapun akan mengalami keausan dengan mekanisme yang beragam, antara lain
keausan adhesive, keausan abrasive, keausan fatik, keausan oksidasi dan keausan
erosi.
A. Keausan
adhesive
Gambar 2. Ilustrasi skematis keausan abrasive
Keausan ini terjadi bila kontak permukaan
antara dua material atau lebih mengakibatkan adanya perlekatan satu sama lain
dan pada akhirnya terjadi pelepasan atau pengoyakan salah satu material.
Faktor yang menyebabkan keausan adhesive:
·
Kecenderungan
dari material yang berbeda untuk membentuk larutan padat atau senyawa
intermetalik
·
Kebersihan
permukaan
Jumlah wear
debris akibat terjadinya aus melalui mekanisme adhesive ini dapat dikurangi
dengan cara ,antara lain :
·
Menggunakan material keras.
·
Material dengan jenis yang berbeda, misal berbeda
struktur kristalnya.
B.
Keausan abrasive
Terjadi
bila suatu partikel keras (asperity)
dari material tertentu meluncur pada permukaan material lain yang lebih lunak
sehingga terjadi penetrasi atau pemotongan material yang lebih lunak.
Gambar
4.4 Ilustrasi skematis keausan abrasive
Tingkat keausanpadamekanisme ini ditentukan oleh derajat
kebebasan (degree of freedom) partikel keras atau asperity tersebut.
Sebagai contoh partikel pasir silica akan menghasilkan keausan yang lebih
tinggi ketika diikat pada suatu permukaan seperti pada kertas amplas,
dibandingkan bila pertikel tersebut berada di dalam sistem slury. Pada kasus pertama, partikel tersebut kemungkinan
akan tertarik sepanjang permukaan dan mengakibatkan pengoyakan .Sementara pada kasus sistem slury, partikel tersebut mungkin hanya berputar (rolling)
tanpa efek abrasi.
C.
Keausan fatik
Keausan
fatik atau keausan lelah merupakan mekanisme yang relatif berbeda dibandingkan
dua mekanisme sebelumnya, keausan abrasive dan keausan adhesive, yaitu dalam
hal interaksi permukaan. Baik keausan adhesive maupun abrasif melibatkan hanya
satu interaksi sementara pada keausan lelah dibutuhkan interaksi multi.
Keausan
fatik terjadi akibat interaksi permukaan dimana permukaan yang mengalami beban
berulang-ulang akan mengarah pada pembentukan retak mikro. Gambar 4.5
memberikan skematis mekanisme keausan lelah. Permukaan yang mengalami beban
berulang akan mengarah pada pembentukan retak-retak mikro (t1). Retak-retak
tersebut pada akhirnya menyatu (t2) dan menghasilkan pengelupasan material
((t3). Tingkat keausan sangat tergantung pada tingkat pembebanan.
Gambar 5 Mekanisme keausan fatik
A. Keausan
oksidasi
Mekanisme keausan dimulai dengan
adanya perubahan kimiawi material di bagian permukaan oleh faktor lingkungan. Kontak dengan lingkungan
ini akan menghasilkan pembentukan lapisan pada permukaan dengan sifat yang
berbeda dengan material induk. Sebagai konsekuensinya, material pada lapisan
permukaan akan mengalami keausan yang berbeda. Hal ini selanjutnya mengarah
kepada perpatahan interface antara lapisan permukaan dan material induk dan
akhirnya seluruh lapisan permukaan itu akan tercabut.
Gambar 6 Ilustrasi skematis keausan oksidasi
E.
Keausan Erosi
Proses erosi
disebabkan oleh gas atau cairan yang dapat membawa partikel padatan (solid particles) yang mengenai
(membentur) permukaan material. Jika sudut benturannya kecil,
keausan yang dihasilkan analog dengan abrasive. Jika sudut benturannya
membentuk sudut gaya normal (900), maka keausan yang terjadi
mengakibatkan brittle failure pada permukaanya.
Gambar 7 Skematis keausan erosi
Untuk memilih material yang tahan aus, sangat penting untuk mengetahui
karakteristik keausan suatu material. Faktor utama yang mempengaruhi karakteristik keausan pada
material dapat dikelompokkan sebagai berikut.
1. Variabel Metalurgi seperti : kekerasan (hardness),
ketangguhan (toughness), komposisi kimia dan struktur mikro.
2. Variabel di lapangan (Service) yang
meliputi kontak material, tekaan, kecepatan gesek (sliding), temperatur,
kehalusan permukaan , pelumasan, dan lingkungan korosi.
terimakasihhh
BalasHapus