Material tahan panas adalah material yang mampu mempertahankan sifat-sifatnya atau tidak mengalami penurunan kualitas pada suhu yang tinggi. Material tahan panas adalah material paduan yang dikembangkan untuk aplikasi pada suhu yang sangat tinggi dengan penekanan yang tinggi terhadap sifat-sifat seperti tensile, thermal, vibratory atau shock dan ketahanan terhadap oksidasi. Definisi lainnya yaitu material tahan panas adalah material yang mampu menahan beban pada suhu operasi mendekati titik lelehnya, mampu menahan degradasi mekanik selama waktu tertentu, serta tidak mudah bereaksi dengan lingkungan pada suhu operasi yang tinggi.
Dari beberapa definisi mengenai material tahan panas, dapat disimpulkan bahwa material tahan panas yang dimaksud adalah material yang berbasis pada logam, dimana logam tersebut merupakan material paduan yang dipadukan dengan unsur-unsur paduan tertentu untuk mendapatkan sifat-sifat sesuai dengan kebutuhan pada suhu operasi yang tinggi.
Material logam tahan panas dapat berupa produk wrought atau casting bergantung kepada aplikasi / komposisi yang terkandung di dalamnya. Produk wrought adalah produk yang melewati proses pembentukan lebih lanjut terlebih dahulu sebelum digunakan. Proses pembentukan tersebut antara lain yaitu forging, rolling, ekstrusi dan lain sebagainya. Sedangkan, produk casting adalah produk hasil pengecoran. Berdasarkan komposisi unsur paduannya, produk wrought biasanya merupakan paduan dengan komposisi paduan yang relatif rendah sehingga lebih mudah untuk dikenai pengerjaan lanjutan untuk merubah bentuknya. Sedangkan, produk casting merupakan paduan dengan kadar unsur paduan yang tinggi, dimana unsur-unsur tersebut mempersulit suatu logam paduan untuk dikenai proses perubahan bentuk, sehingga proses pembuatan yang dipilih adalah dengan metode pengecoran.
Jenis-Jenis Material
Paduan logam tahan panas dapat digunakan pada aplikasi yang luas, baik yang melibatkan pembebanan tinggi, pembebanan kejut, suhu tinggi, gesekan dan lain sebagainya. Hal ini adalah karena sifat logam dapat direkayasa sesuai kebutuhan dengan menambahkan unsur paduan yang tepat. Salah satu klasifikasi material logam yang telah banyak digunakan sebagai material tahan panas adalah superalloy. Superalloy adalah material yang memang dikembangkan dengan tujuan untuk mempertahankan kekuatannya pada temperatur tinggi (> 650 OC) untuk waktu yang lama, memiliki kombinasi yang baik antara kekuatan tinggi dan keuletan yang baik pada temperatur rendah, serta stabilitas permukaan yang baik. Sedangkan, kelompok lainnya adalah material logam baja tahan panas yang dibagi menjadi empat klasifikasi, yaitu:
- Iron-chromium
Kelompok baja ini memiliki komposisi sebesar 26-30% Cr dan <7% Ni. Kelompok ini biasa digunakan pada aplikasi dimana kekuatan pada suhu tinggi tidak diperlukan, seperti bearing, roll, fitting, dan lain-lain.
- Iron-chromium-nickel
Kelompok baja ini memiliki komposisi sebesar 18-32% Cr dan 8-22% Ni. Kebanyakan struktur mikronya fully γ. Pada suhu >800 oC α membentuk σ phase yang brittle, namun kuat pada suhu tinggi. Ketahanan creep dan rupture strength yang tinggi dan dapat ditingkatkan dengan meningkatkan kadar Ni. Biasa digunakan pada furnace.
- Iron-nickel-chromium
Komposisinya 15-28% Cr dan 23-41% Ni (Cr < Ni). Kelompok ini memiliki fasa γ yang stabil, memiliki kekuatann yang baik pada temperatur tinggi, tahan thermal stress dan oksidasi. Pada aplikasinya biasa digunakan sebagai chain, komponen furnace, steam reformer dan load bearing.
- Nickel-iron-chromium
Komposisi baja ini adalah 58-68% Ni dan 10-19% Cr. Kelompok ini memiliki sifat tahan terhadap karburisasi dan nitridasi. Karena sifatnya tersebut, maka biasanya kelompok baja ini digunakan untuk peralatan karburisasi dan nitridasi, komponen pembakar, dan lain sebagainya.
Sifat-Sifat Penting Material
Berdasarkan definisi-definisi yang telah dikemukakan di atas, dapat diketahui bahwa sifat-sifat material tahan panas yaitu mampu menahan beban pada suhu operasi mendekati titik lelehnya, mampu menahan degradasi mekanik selama waktu tertentu, tidak mudah bereaksi dengan lingkungan pada suhu operasi yang tinggi, mampu mempertahankan sifat-sifatnya pada suhu operasi yang tinggi dan lain sebagainya. Adapun detail mengenai sifat-sifat material yang harus dipertahan oleh material tahan panas antara lain:
- Kekuatannya pada suhu tinggi (tidak mengalami pelunakan).
- Tahan creep (kegagalan mekanik yang diakibatkan pengaplikasian pada suhu tinggi, meskipun beban yang diterima tidak ditambahkan).
- Harus tahan terhadap atmosfir yang korosif, seperti:
o Oksidasi: pada suhu tinggi, logam cenderung akan lebih reaktif dan apabila lingkungannya bersifat korosif maka akan sangat memungkinkan terjadinya oksidasi (korosi).
o Sulfidasi: terjadi akibat kontak dengan unsur S yang dapat membentuk senyawa sulfida yang keras namun sangat rapuh (sangat mengurangi keuletan material).
o Karburisasi: terjadi akibat kontak dengan elemen hidrokarbon yang dapat membentuk karbida yang keras namun sangat rapuh (sangat mengurangi keuletan material). Biasanya terjadi pada suhu 900-1000 F.
o Dekarburisasi: penghilangan kadar karbon dari material logam yang mengakibatkan kekerasan suatu logam akan menurun karena karbon yang dikandungnya menghilang.
o Serangan hidrogen: salah satu jenis korosi yang disebabkan oleh serangan hidrogen.
- Kestabilan fasa (tidak berubah fasa)
- Tahan warping (perubahan bentuk atau dimensi material)
- Tahan retak
- Tahan stress-rupture
- Tahan thermal shock
- Tahan thermal fatigue
Unsur-Unsur Paduan
Unsur-unsur paduan pada logam baja yang dapat meningkatkan sifatnya sebagai material yang akan diaplikasikan pada suhu tinggi, yaitu:
- Nikel
Penambahan unsur nikel sampai dengan 70% dapat memberikan kekuatan dan ketangguhan pada logam baja, memicu terbentuknya austenit yang lebih kuat dan stabil pada suhu tinggi, memberikan ketahanan oksidasi, karburisasi, nitridasi dan thermal fatigue, serta meningkatkan fracture toughness. Namun, dari beberapa keuntungan yang dapat diberikan tersebut, ada juga kerugian yang dapat diakibatkan oleh nikel yaitu menurunkan kekuatan tarik pada suhu tinggi.
- Kromium
Penambahan unsur kromium sekitar 10-30% dapat memberikan ketahanan terhadap oksidasi (scaling) pada suhu tinggi dan tahan terhadap sulfur yang bersifat korosif. Adanya senyawa CrC dapat meningkatkan temperatur creep dan rupture strength, serta menigkatkan nilai UTS pada temperatur tinggi. Di sisi lain, unsur kromium memiliki kecenderungan membentuk ferit (alpha).
- Karbon
Penambahan unsur karbon sekitar 0,20-0,75% dapat mengakibatkan disperse-strengthening dengan membentuk karbida di dalam struktur. Semakin tinggi kadar karbon yang diberikan dapat memberikan beberapa sifat yang menguntungkan seperti meningkatkan kekuatan pada suhu tinggi dan ketahanan creep. Namun, karbon dapat menurunkan ductility.
- Silikon
Penambahan unsur paduan silikon hanya dibatasi sampai dengan 1,5%. Pemberian unsur paduan silikon dapat meningkatkan fluiditas lelehan logam dan memberikan sifat ketahanan terhadap korosi temperatur tinggi dan karburisasi. Tetapi, pada sisi lain silikon dapat menurunkan nilai UTS pada suhu tinggi. Selain itu, unsur paduan silikon memiliki kecenderungan untuk membentuk ferit.
- Molibdenum
Unsur paduan ini mampu memperbaiki sifat creep dan rupture strength dengan cara membentuk “karbida yang stabil”
- W, Zr, Ti dan N
Unsur-unsur ini dapat meningkatkan creep dan stress rupture pada pemakaian komponen sampai dengan 650 oC dengan struktur ferrit-austenit. Pada suhu aplikasi kurang dari 650 oC, paduan memiliki struktur austenit secara menyeluruh. Adanya ferit dapat menurunkan ketahanan creep pada temperatur tinggi. Selain itu, ferit juga dapat membentuk fasa sigma yang berakibat menurunnya keuletan dan bersifat getas.
Reaksi-Reaksi pada Suhu Tinggi
Pada material logam tahan panas terdapat beberapa reaksi yang mungkin terjadi ketika suhu operasi mulai meningkat. Hal ini adalah karena sifat dasar dari material logam yang bersifat sangat reaktif ketika suhunya mendekati suhu lelehnya. Adappun reaksi yang mungkin terjadi adalah sebagai berikut:
• Fasa sigma
Fasa sigma terbentuk pada kisaran suhu 593-927 oC. Fasa sigma dapat terbentuk karena suatu material memiliki fasa ferrit di dalamnya. Kerugian yang diakibatkan dari terbentuknya fasa sigma ini adalah menurunnya ductility dan ketangguhan sehingga apabila suatu material mendapat pembebanan impak akan mudah mengalami retak. Cara untuk mencegah terbentuknya fasa sigma adalah dengan memilih kombinasi unsur pembentuk fasa α dan γ dengan tepat. Tujuannya adalah agar tidak terbentuk ferit bebas.
• Oksidasi
Pada suhu tinggi terbentuk oksidasi sangat mungkin terjadi. Beberapa cara untuk meningkatkan ketahanan oksidasi pada suhu tinggi adalah dengan menigkatkan kadar Cr (>25%), penambahan 25-30% Cr, <2% Si, <4% Al, Yttrium dan Cerium serta dapat juga dengan cara penambahan Ni. Adanya penambahan Ni, walaupun Cr konstan dapat meningkatkan ketahanan oksidasi yang tinggi. Selain itu nikel yang tinggi juga dapat memberikan sifat kepada material tahan terhadap spalling dan juga meningkatkan kestabilan.
• Karburisasi
Pada suhu tinggi atau sekitar 482-538 oC atmosfer CO, metana, etana dan hidrokarbon pada lingkungan pengaplikasian material dapat membentuk karbon. Karbon tersebut dapat bereaksi dengan unsur yang terkandung pada material seperti Cr, Nb, W, Mo atau Ti membentuk karbida pada butir atau pun batas butir. Karbida ini bersifat kuat, keras, tetapi brittle sehingga dapat mengakibatkan suatu material mengalami pengurangan ductility. Selain itu, apabila karburisasi terjadi, maka Cr pada material akan menjadi rendah sehingga secara tidak langsung juga mengakibatkan ketahanan oksidasi dan creep berkurang. Adapun pencegahan dari karburisasi adalah dengan mengkombinasikan Ni dan melapisi permukaan material dengan Si, Al, Cr atau kombinasi dari ketiganya. Kromium, nikel dan silikon adalah tiga unsur utama yang dapat meningkatkan ketahanan paduan dari absorpsi karbon. Nikel dan silikon memberikan kelarutan yang lebih rendah terhadap karbon dan nitrogen.
• Nitridasi
Pada suhu tinggi, jika nitrogen bereaksi dengan Cr atau unsur lain akan dapat membentuk senyawa nitrida yang brittle. Pencegahan dari nitridasi adalah dengan menaikkan kandungan Ni. Hal ini adalah karena Ni sangat tahan terhadap nitridasi. Pada nikel, N memiliki kelarutan yang rendah. Selain dengan penambahan kadar Ni, sama halnya dengan karburisasi, nitridasi juga dapat dicegah dengan cara melapisi permukaan material dengan Si, Al, Cr atau kombinasi dari ketiganya.
Proses Design dan Kriteria Pemilihan Material
Aplikasi yang membutuhkan material tahan panas adalah aplikasi dengan suhu operasi sekitar 650-1315 oC, dimana apabila material biasa yang digunakan maka akan mudah mengalami degradasi, baik degradasi karena beban mekanik maupun karena korosi. Proses design dan kriteria pemilihan untuk membuat material logam paduan yang mampu menahan panas pada suhu tersebut adalah dengan memperhatikan beberapa faktor yang dapat dialami material pada suhu aplikasi tersebut.
Adapun yang menjadi faktor pemilihannya adalah sebagai berikut:
- Tahan korosi suhu tinggi
- Stabilitas tinggi (tahan warping , retak, thermal fatigue)
- Memiliki kekuatan creep (plastic flow resistance)
- Tahan stress-rupture
Selain itu, kondisi pengaplikasian dari suatu material juga harus diperhatikan, seperti beban yang akan diterima, atmosfir lingkungan pengaplikasian, bentuk komponen dan lain sebagainya. Setelah memperhitungkan faktor-faktor yang dapat terjadi pada material serta kondisi pengaplikasianya, proses design yang selanjutnya adalah memilih jenis material yang akan digunakan secara detail, seperti sifat-sifat logam utamanya dan unsur-unsur paduannya. Tujuan dari langkah penentuan material ini adalah untuk mendapatkan paduan yang sesuai dengan keinginan.
Pada logam paduan juga harus diperhitungkan mengenai fasa apa yang akan terbentuk, apakah austenit yang stabil pada suhu tinggi, ferit yang memiliki sifat lunak dan ductile atau mertensitik
yang tidak stabil pada suhu tinggi. Contoh lainnya adalah adanya
karbida/senyawa intermetalik (Ni3Al) dalam autenit yang dapat
menurunkan ductility. Untuk mencegahnya maka kita harus meninggikan kadar
karbon.
Kemudian yang diperhitungkan adalah mengenai fabricability
characteristic dan biaya yang mungkin harus dikeluarkan, seperti bahan
baku, ongkos produksi serta ongkos pekerja. Untuk fabricability
characteristic, secara garis besar pembuatan material tahan panas berbasis
baja dibagi menjadi dua metode yaitu casting dan wrought seperti
gambar di bawah ini
Gambar 1. Alur proses pembentukan baja dengan metode casting
Gambar 2. Alur proses perubahan bentuk baja
Penggunaan
Material
Paduan baja tahan
panas digunakan pada banyak aplikasi yang bervariasi mulai dari aplikasi rumah
tangga sampai pada aplikasi yang luas seperti pada sistem pemanasan skala
industri. Contoh-contoh dalam material tahan panas dalam aplikasi industri
adalah sebagai berikut:
a.
Heat treatment furnace parts and fixtures
Gambar 3. Heat treatment Furnace
Komponen-komponen yang digunakan pada furnace untuk perlakuan panas dapat dibagi menjadi dua kategori:
1. Kategori pertama merupakan komponen yang melewati furnace dan mengalami thermal dan/atau mechanical shock, seperti: trays (keranjang/wadah yang digunakan untuk menempatkan produk manufaktur yang akan dikenai proses perlakuan panas), fixture, conveyor, chains and belt dan quenching fixture
Gambar 4. Trays
2. Kategori
kedua adalah komponen yang berada pada furnace dengan thermal
atau mechanical shock yang rendah. Komponen yang termasuk
kategori kedua ini antara lain: support beams, hearth plates, combustion
tubes, burner, rotary retorts, pit type retorts, muffles, dan lain
sebagainya.
Gambar 5. Komponen burner
Kebanyakan
komponen furnace untuk perlakuan panas menggunakan paduan iron-chromium-nickel
atau iron-nickel-chromium. Paduan iron-chromium tidak dapat
digunakan karena tidak memiliki kekuatan suhu tinggi yang cukup dan dapat
mengalami 475 oC embrittlement. Untuk suhu yang dapat
mencapai > 980 oC, maka paduan berbasis nikel digunakan untuk
meningkatkan kekuatan creep rupture dan ketahanan oksidasi.
Paduan berbasis kobalt juga dapat digunakan, namun kelemahannya adalah terlalu
mahal sehingga biasanya hanya digunakan pada aplikasi-aplikasi tertentu saja.
Secara keseluruhan, material-material komponen furnace mengandung besi,
nikel dan kromium sebagai unsur paduan yang dominan. Nikel memberikan pengaruh
utama kekuatan suhu tinggi dan ketangguhan. Kromium meningkatkan ketahanan
oksidasi dengan membentuk lapisan pelindung dari oksida pada permukaan.
Penambahan kadar karbon dapat meningkatkan kekuatan.
b.
Resistance heating elements
Pada
industrial furnace, sebuah komponen dituntut untuk terus beroperasi pada
suhu tinggi, seperti furnace yang digunakan pada industri perlakuan
logam yang beroperasi pada suhu mencapai 1300 oC, kiln yang
digunakan untuk mem-firing keramik yang pada aplikasinya dapat mencapai
suhu 1700 oC dan pada aplikasi khusus dapat mencapai 2000 oC
atau lebih. Kebutuhan utama suatu material tahan panas untuk digunakan sebagai
heating element adalah titik leleh yang tinggi, resitivitas yang tinggi,
ketahanan oksidasi baik, tidak ada komponen yang mudah menguap dan tahan
terhadap kontaminasi. Sifat lain yang diinginkan adalah creep strength,
emisivitas tinggi, thermal expansion rendah, ketahanan thermal
shock baik, kekuatan dan ductility baik pada suhu operasi. Paduan
nickel-chromium dan nickel-chromium-iron adalah yang paling banyak digunakan
pada electric heat-treating furnace.
Paduan
80Ni-20Cr lebih banyak digunakan dibandingkan dengan 60Ni-16Cr-20Fe atau
35Ni-20Cr-45Fe karena lebih tahan oksidasi dan dapat digunakan pada suhu yang
lebih tinggi. Paduan iron-chromium-aluminum banyak digunakan pada furnace
dengan suhu operasi 800-1300 oC lebih tinggi dibandingkan paduan
Ni-Cr.
c.
Hot working tools
Material untuk
hot-working tool, seperti alat forging dan cetakannya, cetakan
ekstrusi, serta hot shear blade, membutuhkan material yang memiliki
kekerasan pada suhu tinggi, kemampuan untuk menahan beban impak, thermal
shock dan abrasi. Kebanyakan material yang digunakan sebagai baja
hot-work tool mengandung sekitar 0,4% C dan paduan yang beragam seperti
tungsten, kromium, vanadium, molibdenum dan kobalt. Baja ini memiliki ketahanan
deformasi sampai dengan suhu sekitar 550-600 oC. Faktor penting yang
menjadi pertimbangan dalam pemilihan material tahan panas untuk hot working
tool adalah suhu operasi, lamanya alat beroperasi dan kekuatan yang
dibutuhkan dalam aplikasi.
d.
Bearing pada suhu
tinggi
Bearing dibuat dari
berbagai jenis baja. Bearing baja dapat diklasifikasikan menjadi dua
kelas, yaitu:
- Bearing
standar yang biasa digunakan untuk kondisi aplikasi yang normal
(temperatur maksimum sekitar 120-150 oC).
- Bearing baja
khusus yang digunakan dengan tujuan umur fatigue yang lebih lama
dan kondisi operasi yang lebih dari segi suhu dan lingkungan korosifnya.
Pada tabel
di bawah ini disajikan komposisi bearing baja untuk kondisi aplikasi
suhu tinggi. Baja ini pada umumnya dipadukan dengan unsur penstabil karbida
seperti kromium, molibdenum, vanadium dan silikon untuk meningkatkan kekerasan
suhu tinggi dan ketahanan temper.
Aplikasi
utama dari bearing baja adalah pada pesawat terbang dan stationary
turbine engine. Material bearing yang digunakan pada mesin
turbin dituntut untuk memiliki ketangguhan yang baik. Oleh karena itu, M50-NiL
dan CBS-1000M banyak dipilih, karena ketangguhan kedua baja ini dapat mencapai
dua kali ketangguhan baja lainnya.
e.
Komponen
alat ruang angkasa
Perkembangan
dari gas turbine engine pesawat terbang bergantung kepada perkembangan
material untuk digunakan pada suhu operasi yang tinggi, beban yang tinggi dan
ketahanan oksida yang baik. Untuk memenuhi kebutuhan akan komponen tersebut
pengembangan superalloy berbasis nikel dengan ketahanan creep dan
korosi yang baik pada suhu tinggi dilakukan. Yield strength dan fracture
toughness juga semakin membaik.
f.
Gas turbine engine
Fakta bahwa
pembakaran yang lebih panas pada mesin akan menjadikan mesin lebih kuat dan
efisien membawa banyak perubahan pada gas turbine engine dan material
komponen penyusunnya. Keunggulan dari paduan super sebagai material pembentuk
komponennya meningkatkan design flow yang lebih baik dan pelapisan thermal
barrier semakin berkembang meluas. Sehingga memiliki kemampuan yang lebih baik
untuk menjadi komponen penyusun mesin dengan peningkatan suhu pembakaran.
Komponen-komponen utama mesin tersebut adalah fan, kompresor bertekanan tinggi,
pembakar, high dan low pressure turbines (HPT dan LPT), serta
saluran pembuangan sisa pembakaran. Suhu operasi bervariasi dari 0-1095 oC
dan dengan kecepatan rotasi yang melebihi 15000rev/min. Paduan aluminum dan
titanium kebanyakan digunakan pada fan dan badan mesin. Sedangkan, HPT banyak
dibuat menggunakan paduan titanium dan super alloy berbasis nikel, seperti
Inconel 718, M152, 17-4APH dan A286.
Gambar 6. Komponen luar pesawat terbang dan suhu yang
mungkin dicapai saat operasi
Contoh
Kasus Pemilihan Material
Karena
material tahan panas aplikasinya secara luas banyak digunakan sebagai komponen furnace,
maka pada contoh kasus pemilihan ini saya akan memberikan contoh pemilihan
untuk material furnace. Berikut ini merupakan pemikiran-pemikiran
mengenai pemilihan material komponen furnace.
Sebuah baja
paduan dapat mengalami kerusakan karena serangan korosi atau kegagalan secara
mekanik. Secara detail mode kegagalan pada suhu tinggi adalah sebagai berikut:
1)
Korosi
- Oksidasi
- Sulfidasi
- Klorida/garam
- Metal
dusting/carbon
rot
2)
Mekanik
- Creep
- Thermal expansion
- Embrittlement
- Thermal fatigue
- Thermal shock
- Molten
metal embrittlement
Kriteria
utama dalam menyeleksi material tahan panas harus berdasarkan beberapa
pertanyaan berikut:
- Berapakah
suhu operasi maksimum?
- Berapakah
kekuatan yang dibutuhkan oleh aplikasi?
- Apakah
material memiliki kestabilan fasa?
- Apakah
material tahan terhadap oksidasi?
Setiap
paduan memiliki suhu operasi maksimum berdasarkan literatur. Suhu maksimum ini
berdasarkan kepada kecepatan scaling dari oksidasi yang terbentuk,
dimana semakin tinggi suhu, maka kecepatan terbentuknya scaling juga
akan semakin cepat. Suhu operasi maksimum ini tidak bergantung kepada suhu
leleh suatu logam dan kebanyakan paduan tahan panas memiliki batas suhu
maksimum beberapa ratus derajat di bawah suhu lelehnya. Gambar di bawah ini
adalah contoh apa yang akan terjadi apabila kita memaksa suatu material
melewati suhu operasi maksimumnya.
Gambar 7 round-bar ¾ inch in diameter exposed
to 1800°F in air atmosphere. 316L is suggested to be used only to 1500°F due to
scaling. In contrast, its melting point is 2540°F.
Hal penting
yang juga harus dimengerti adalah bahwa suhu dari sebuah muffle atau radiant
tube lebih panas dibandingkan dengan suhu exiting parts atau furnace
chamber. Dengan pemikiran ini, maka pada produksi komponen furnace
harus memperhatikan kondisi operasi muffle atau radiant tube dan
mengutamakannya. Kemudian untuk komponen lainnya harus mengikuti pertimbangan
suhu operasi dari muffle dan radiant tube tersebut untuk mendapatkan faktor safety
yang lebih baik. Percobaan dalam pemilihan material untuk digunakan sebagai
komponen furnace harus dengan memperhitungkan safety factor di
atas suhu operasi karena sedikit saja terjadi peningkatan suhu, maka efeknya
akan sangat terlihat pada sifat-sifat material paduan tahan panas. Contohnya
adalah pada mekanisme scaling. Bila kita melewati batas suhu dari
paduan, maka paduan tersebut akan dapat membentuk scale dengan lebih cepat.
Gambar di bawah ini menunjukkan sebuah contoh dari kecepatan scaling
dari paduan yang berbeda-beda. Salah satunya adalah SS310, yang pada 2000 oF
pembentukan scale-nya cenderung rendah, sedangkan pada 2100 oF
kecepatan oksidasinya meningkat drastis.
Gambar 8. Weight gain (mg/cm2) during cyclic
oxidation testing. Samples cycled weekly to room temperatur.
Selain
kecepatan scaling, kekuatan creep-rupture dari paduan
tahan panas juga dapat berkurang secara cepat ketika suhu meningkat. Tabel
berikut ini menunjukkan kekuatan stress-rupture untuk paduan
berbeda-beda pada 1700-2000 oF. Meningkatnya suhu operasi dari
sebuah paduan sekitar 100 oF dapat menurunkan kekuatannya rata-rata
30-40%.
Tabel 2. Data kekuatan creep-rupture
pada suhu 1700-2000 oF
Penggunaan high-strength
alloy untuk memproduksi suatu komponen akan memberikan keuntungan dalam hal
penghematan biaya karena penggantian komponen akan lebih lama. Pada gambar di
bawah ini menunjukkan design dari coating dengan penguat eksternal. RA 602 CA
yang memiliki kekuatan lebih tinggi memungkinkan pembuatnya untuk tidak
menggunakan penguat eksternal sama sekali. Design yang lebih sederhana
memberikan harga yang lebih murah dibandingkan fabrikasi paduan 600 yang lebih
kompleks. Selain itu, furnace mampu menerima distribusi panas yang lebih
baik sehingga memungkinkan untuk mengontrol proses dengan lebih baik.
Gambar 9. Top of a coating retort made of 600 alloy
with alternating reinforcement ribs of 600 and RA602 CA. The higher strength of
RA 602 CA is evident in the close-up view. Retort wall temperatures are between
2000°-2100°F.
Selanjutnya
yang menjadi pertimbangan adalah mengenai proses pembuatannya yang tepat dan
biaya yang mungkin harus dikeluarkan (bahan baku, ongkos produksi serta ongkos
pekerja).
Kesimpulan
Material
tahan panas memiliki aplikasi yang luas dalam penggunaannya. Salah satunya
aplikasi yang banyak membutuhkan material tahan panas adalah furnace.
Semua komponen-komponen untuk membuat furnace membutuhkan material tahan
panas. Dalam proses design dan pemilihan materialnya, material tahan panas
harus memenuhi beberapa kriteria sesuai dengan proses yang akan dialaminya.
Misalnya pada komponen furnace, ada beberapa parameter penting yang
harus dipenuhi oleh sebuah material tahan panas. Selain itu, konsep design dan
pemilihan material juga mancakup proses dan cost (biaya).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar